RSS
AHLAN WA SAHLAN.....JUST A NOT.....FOLLOW BLOG SAYA YEAH.....SYUKRON JAZAKILLAH.....I LOVE U FULL.....

Kamis, 11 November 2010

Arwah Pejuang Menangis di Hari Pahlawan

Oleh : Maulana Syamsuri
Lebih dari 138 orang tokoh yang telah ditetapkan Pemerintah RI sebagai pahlawan nasional, akan menangis di makamnya ketika peringatan Hari Pahlawan dilangsungkan di negeri tercinta ini. Betapa para pejuang itu tidak menitikkan air mata karena peringatan  
Hari Pahlawan 
tahun ini dalam suasana negara yang sedang menghadapi berbagai peristiwa dan tragedi, seperti bencana alam yang silih berganti, di Papua Barat, letusan Gunung Sinabung dan menyusul Merapi serta gempa Mentawai, Sumbar yang merenggut ratusan jiwa. Juga korupsi yang terus merajalela serta Gubernur dan Kepala Daerah yang masuk bui, menyusul pro kontra pembangunan gedung baru para dewan, serta studi banding anggota DPR ke Eropa, telah menyebabkan arwah para pejuang yang sudah memberikan darma baktinya berupa nyawa dan harta benda bersedih hati. Apalagi tentang kerusakan moral bangsa ini dan angka pengangguran di republik ini yang jumlahya terus membengkak hingga 4,1 juta orang. Pembusukan dalam berbagai hal terus terjadi dimana-mana, baik di pusat maupun di daerah. Aksi teroris juga belum tuntas serta tawuran antar warga masih tetap ada. Hukum yang seperti karet dan meningkatnya berbagai kejahatan dan pelecehan, baik terhadap anak maupun perempuan telah menyebabkan air mata para pejuang dan para pahlawan semakin berderai di makamnya.

Bersyukurlah warga Sumatera Utara karena dari lebih seratusan para pejuang yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional itu terdapat beberapa nama pejuang yang berasal dari daerah ini, yakni Abdul Harrris Nasution, Adam Malik, Tengku Amir Hamzah, Ferdinand Lumbantobing, Tengku Rizal Nurdin dan Sisingamangaraja XII, juga May jen D.I. Panjaitan. Nama mereka abadi tertulis dengan tinta emas dalam daftar para pahlawan nasional.

Sementara dari daerah Nanggroe Aceh Darussalam terdapat nama Tengku Umar, Teuku Muhammad Hasan, Tengku Dik Ditoro, Cut Nya Dien dan Cut Nayak Meutia.
Memperingati Hari Pahlawan haruslah kita cermati tentang pertempuran paling dahsyat yang terjadi di Surabaya di bulan Nopember 1945 . Lahirnya Hari Pahlwan tidak terlepas dari perang besar di Jawa Timur itu, juga pertempuran di kota-kota lainnya, tapi juga tidak dapat dipisahkan dari buah pemikiran Bung Karno sebagai pemimpin dan tokoh maupun sebagai negarawan terkemuka di negeri ini maupun di mancanegara.

Pada hakekatnya, Hari Pahlawan mengandung makna patriotisme dan nasionalisme yang tinggi. Hari Pahlawan sangat sarat dengan bobot semangat pengabdian kepada rakyat,juga mencerminkan kerelaan berkorban demi kepentingan nusa dan bangsa Hari Pahlawan juga mengandung pesan moral yang terkandung dalam sumpah pemuda, Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila

Sumbangsih Etnis China untuk RI
Salah satu tokoh Pahlawan Nasional adalah Wage Rudolf Supratman sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya yang setiap acara-acara kenegaraan dikumandangkan. Teks lagu kebangsaan itu pertama sekali disosialisasikan dan dipublikasikan keseluruh pelosok nusantara di surat kabar Sin Po, sebuah koran Melayu China.
Sebelumnya pada tahun 1920-an surat kabar Sin Po mempelopori penggunaan kata Indonesia "Bumi Putera" sebagai pengganti istilah "Belanda Inlander" yang amat merendahkan martabat bangsa dan rakyat Indonesia. Bahkan seorang jurnalis Surat Kabar Sin Po ,Lie Eng Kok, adalah seorang pemuda yang paling dicari penguasa Belanda karena diduga sebagai otak penyerangan markas Belanda di Banten tahun 1926. Lie Eng Kok selama menjadi jurnalis di Sin Po, sangat akrab dengan pencipta lagu Indonesia Raya W.R.Soepratman. Sepak terjang dan perjuangan Lie untuk Indonesia sudah lama tercium oleh penguasa Belanda.
Sang jurnalis ini juga merupakan kurir yang selalu membawa berita penting tentang pergerakan Indonesia yang ada di Banten dan Jawa Tengah. Perannya sebagai kurir ini dianggap paling membahayakan kekuasaan Belanda hingga tidak henti-hentinya Belanda berusaha mengintai dan memburunya. Sampai suatu saat persembunyiannya diketahui Belanda yang kemudian menangkapnya. Tidak hanya menangkap dirinya dan menghentikan perjuangannya, tapi Lie juga harus mengalami nasib malang, ia dibuang ke Papua selama 5 tahun (1927-1932.)

Peran jurnalis untuk kemerdekaan RI tidak hanya di Koran Sin Po, tapi juga Harian MATA HARI yang dipimpin oleh Kwee Hing Tjiat. Pendiri Partai Tionghoa Indonesia Liem Koen Hian juga ikut berperan dalam perjuangan lewat surat kabar ini. Penerbitan Harian MATA HARI mendapat dukungan dari para tokoh dan pejuang Indonesia, seperti Bung Karno, Dr.Tjipto Mangunkusumo, Mr. Iwa Kusumasumantri, Drs.Moh.Hatta dan Mr.Moh.Yamin.

Tidak hanya rakyat Indonesia melulu yang pada masa penjajahan berjuang memanggul senjata untuk menegakkan kemerdekaan dan mempertahankan Negara Kesatuan RI. Dari kalangan etnis China sudah diketahui oleh umum, bahwa sumbangsih pemikiran, tenaga dan perjuangan mereka banyak memberi makna untuk kemerdekaan bangsa ini. Dan mereka tidak mengemis untuk diberi tanda jasa atau penghargaan. Mereka benar-benar rela dan ikhlas berjuang memberikan dharma bhaktinya untuk Indonesia. Demi kemerdekaan negeri tercinta ini!

Namun demikian seorang pejuang dari kalangan etnis China,Ferry Sie King Lien, dikenal oleh masyarakat Jawa Tengah sebagai seorang gerilyawan yang tangguh terutama di sekitar Solo. Ferry adalah seorang gerilyawan yang gagah berani dan selalu menyebarluaskan selebaran, plakat dan seruan untuk membela tanah air di dinding-dinding pertokoan maupun tempat-tempat umum. Pemuda yang masih berusia 16 tahun ini amat piawai dalam melakukan gerilya kota. Namun serdadu Belanda senantiasa menguntit dan memburunya karena dianggap sebagai pemuda paling berani dan licin. Suatu malam,ketika kota Solo sedang gelap, satu regu serdadu Belanda berhasil memberondongnya dengan tembakan gencar hingga Ferry tersungkur dengan tubuh bersimbah darah. Ferry dimakamkan setelah Belanda meninggalkan Solo, dan akhirnya ia dimakamkan di Makam Pahlwan Taman Bahagia Jurug Solo.

Tidak banyak orang awam yang tahu, dalam peristiwa penurunan Bendara Belanda di Hotel Oranye yang amat erat kaitannnya dengan Hari Pahlawan, seorang pemuda China juga ikut berperan di sana, yakni Tony Wen.

Warga China yang amat besar sumbangsih dan dharma baktinya untuk Indonesia adalah Dr.Oei Boen Ing yang memiliki nama Indonesia Obi Darmohoesodo bergelar Kanjeng Raden Toemenggoeng. Dokter ini pernah merawat Jenderal Sudirman. (Baca Artikel tentang Dr.Oei Boen Ing, Analisa Edisi Hari Pahlawan 10 Nopember 2008).

Memenuhi Panggilan Bung Karno
Tan Kuan Lin adalah salah satu pejuang kemederkaan di era 1945 dan memenuhi panggilan Bung Karno untuk bergabung degan Angkatan Perang Pemuda Indonesia (APPI). Bersama belasan pemuda dari Etnis China, ia aktif berjuang untuk RI. Badan ini merupakan cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pang kat Tan Kuan Lin terakhir adalah Letnan Dua TNI AD dengan jabatan Kepala Seksi Perlengkapan TNI Divisi X.

Lain lagi dengan sosok Lim John Lie yang selalu melakukan pelayaran Riau - Singapura. Dari Sumatera Lim mem bawa karet dan hasil bumi lainnya diseberangkan ke Singapura dan pelayaran ini tidaklah mudah, tapi penuh dengan tantangan berat. Bahkan taruhannya adalah nyawa. Di laut ia harus menghadapi blockade tentara Belanda yang dilengkapi persenjataan muthakir.

Dari hasil pelayaran bolak-balik Riau- Singapura inilah Lim berhasil melakukan barter hasil bumi dengan senjata . Pada akhirnya senjata dari Singapura itu, ia serahkan untuk para prajurit Indonesia .
Liem Koen Hian adalah pendiri Partai Tionghoa Indonesia yang dalam gerakannya mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di tahun 1930-an, pemuda ini sangat aktif melakukan propaganda anti Jepang bahkan pernah ditahan oleh penguasa Jepang. Liem pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang merumuskan UUD 1945. Lim adalah salah seorang utusan RI mewakili Indonesia pada perundingan Renville bersama Thio Thian Tjiong. Perundingan antara Belanda dan RI ini diprakarsai oleh AS yang berlangsung di atas kapal angkut USS Renville tanggal 27 Oktober 1947 milik Amerika Serikat.

Masih banyak lagi pejuang etnis China yang telah berjuang untuk kemerdekaan negeri ini. Dalam memperingati Hari Pahlawan tahun ini, hendaknya jangan hanya diisi dengan hening cipta, ziarah ke makam pahlawan dan menyanyiknan Indonesia Raya serta pidato-pidato tanpa makna yang akhirnya mirip pepesan kosong. Jadikan peringatan Hari Pahlawan tahun ini sebagai cermin diri untuk mengkaji setiap pribadi apa yang telah dilakukan untuk negeri ini. Jangan sampai derai air mata para syuhada dan pejuang kemerdekaan semakin pilu. Kepada para ahli sejarah diharapkan untuk dapat meneliti tentang sumbangsih dan perjuangan etnis China untuk negeri ini,agar nama-nama mereka baku dalam sejarah kemerdekaan RI. *** 

Penulis adalah sastrawan/novelis

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright IKHLAS UNTUK SEMUA HIDUP 2009. Powered by Blogger.Wordpress Theme by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul Dudeja.